Senin, 20 April 2009

BERBAGI CINTA

. Senin, 20 April 2009 .

BERBAGI CINTA



Dalam khotbah di masjid-masjid, ceramah di majelis taklim, maupun arahan-arahan di kantor dan di tempat-tempat lain, sering kita mendengar tuntutan untuk mencintai. Beragam yang harus kita cintai. Kita dituntut untuk mencintai Allah. Belum sempat kita mencintai Allah, sudah dituntut lagi untuk mencintai Rasulullah saw –manusia yang kita tidak pernah berjumpa dengannya- . Kemudian berlanjut mencintai agama, negara. Belum lagi tuntutan mencintai anak, istri, suami, keluarga, tetangga, perusahaan, pekerjaan dan lain-lain. Semuanya menuntut cinta sepenuhnya. 100%.


Lalu bagaimana kita berbagi cinta, sementara semua menuntut porsi 100%? Kadankala kita terjebak bahwa kata “membagi atau berbagi” tersebut sama dengan membagi sesuatu yang bersifat materi. Membagi materi berkonotasi semakin jumlah materinya berkurang, ukurannya semakin kecil. Apabila sekerat daging dipotong-potong menjadi delapan potongan dan kemudian dibagi-bagikan ke orang lain, maka masing-masing orang akan menerima bagian yang lebih kecil dari asalnya. Daging yang dibagi pun semakin berkurang, semakin kecil. Padahal cinta bukanlah materi, cinta adalah sesuatu yang bersifat spiritual, ruhaniyah seperti ilmu.


Dalam hal yang bersifat ruhaniyah, seringkali logika fikir materialistik tidak dapat diterapkan. Jika seorang guru memberikan ilmu pada muridnya apakah ilmunya berkurang? Tidak bahkan bertambah. Cinta yang diberikan 100% kepada Allah tidak akan mengurangi cinta 100% kepada Rsulullah, 100% kepada anak, 100% kepada pekerjaan, 100% ke tetangga, 100% ke lainnya. Kenapa? Karena cinta yang sepenuhnya, 100% tersebut kita berikan dalam kerangka cinta kepada Causa Prima, Sang Penyebab Utama terjadinya cinta, Sang Penyebab Utama terjadinya segala sesuatu di alam semesta ini yaitu Allah SWT.


Kita mencintai Rasulullah sepenuhnya, karena rasa cinta kepada Allah. Kita mencintai pasangan hidup kita sepenuhnya, karena rasa cinta kita kepada Allah. Kita mencintai anak kita sepenuhnya, karena rasa cinta kita kepada Allah. Begitu seterusnya.


Apabila semua ini kita lakukan, maka hidup dan kehidupan kita akan menjadi ringan. Sebagaimana layaknya seorang kekasih yang sedang jatuh cinta, semua kita berikan dengan kualitas usaha terbaik sebagai wujud dari cinta kita tersebut kepada sang kekasih.


Ringan bukan? Satu cinta yang sepenuhnya menimbulkan cinta yang lain yang tidak kalah penuhnya. Mari kita tenggelam di dalam Allah. Karena memang Allah telah menjanjikan, tidak ada ketakutan dan kegelisahan bagi orang yang percaya kepada-Nya.


Wallohu a’lam

Ya Allah, saksikalah bahwa ini telah hamba sampaikan...


(bagi yang menghendaki artikel ini (dalam bentuk ebook/pdf) bisa download di sini

1 komentar:

The Leader mengatakan...

Asik juga nich ceritanya..
Sering" donk masm cerita :)

nambah inspirasi

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Assalamu'alaikum, silakan tinggalkan pesan Anda untuk kami:

 
pkugombong.tk is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com