Tampilkan postingan dengan label BEDAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BEDAH. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 28 Maret 2009

Appendisitis

. Sabtu, 28 Maret 2009 .

Appendisitis


Definisi

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks. Apendiks disebut juga umbai cacing. Kita sering salah kaprah dengan mengartikan apendisitis dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah sekum. Organ apendiks pada awalnya dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh). Organ ini cukup sering menimbulkan masalah kesehatan dan peradangan akut apendiks yang memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumya berbahaya.

Epidemiologi
Apendisitis paling sering ditemukan pada usia 20 sampai 40 tahun. Penyakit ini jarang ditemukan pada usia yang sangat muda atau orang tua, dikarenakan bentuk anatomis apendiks yang berbeda pada usia tersebut.

Penyebab
Kita sering mengasumsikan bahwa apendisitis berkaitan dengan makan biji cabai. Hal ini tidak sepenuhnya salah. Namun yang mendasari terjadinya apendisitis adalah adanya sumbatan pada saluran apendiks. Yang menjadi penyebab tersering terjadinya sumbatan tersebut adalah fekalit. Fekalit terbentuk dari feses (tinja) yang terperangkap di dalam saluran apendiks. Selain fekalit, yang dapat menyebabkan terjadinya sumbatan adalah cacing atau benda asing yang tertelan. Beberapa penelitian menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat terhadap timbulnya apendisitis. Kebiasaan makan makanan rendah serat dapat mengakibatkan kesulitan dalam buang air besar, sehingga akan meningkatkan tekanan di dalam rongga usus yang pada akhirnya akan menyebabkan sumbatan pada saluran apendiks.

Gejala Klinis
Gejala utama terjadinya apendisitis adalah adanya nyeri perut. Nyeri perut yang klasik pada apendisitis adalah nyeri yang dimulai dari ulu hati, lalu setelah 4-6 jam akan dirasakan berpindah ke daerah perut kanan bawah (sesuai lokasi apendiks). Namun pada beberapa keadaan tertentu (bentuk apendiks yang lainnya), nyeri dapat dirasakan di daerah lain (sesuai posisi apendiks). Ujung apendiks yang panjang dapat berada pada daerah perut kiri bawah, punggung, atau di bawah pusar. Anoreksia (penurunan nafsu makan) biasanya selalu menyertai apendisitis. Mual dan muntah dapat terjadi, tetapi gejala ini tidak menonjol atau berlangsung cukup lama, kebanyakan pasien hanya muntah satu atau dua kali. Dapat juga dirasakan keinginan untuk buang air besar atau kentut. Demam juga dapat timbul, tetapi biasanya kenaikan suhu tubuh yang terjadi tidak lebih dari 1oC (37,8 – 38,8oC). Jika terjadi peningkatan suhu yang melebihi 38,8oC. Maka kemungkinan besar sudah terjadi peradangan yang lebih luas di daerah perut (peritonitis).

Pemeriksaan Tambahan
Pada pemeriksaan laboratorium, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah putih hingga sekitar 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

Pada pemeriksaan radiologi, foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71 – 97 %), terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 – 98 %). Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks.

Meskipun terdapat beberapa pemeriksaan tambahan seperti diatas yang dapat membantu menegakkan diagnosis apendisitis, namun gejala klinis sangat memegang peranan yang besar.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan standar untuk apendisitis adalah operasi. Pernah dicoba pengobatan dengan antibiotik, walaupun sembuh namun tingkat kekambuhannya mencapai 35 %. Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 – 10 hari.

(Read More..)

Senin, 16 Februari 2009

GIGITAN ULAR (SNAKE BITE)

. Senin, 16 Februari 2009 .

GIGITAN ULAR (SNAKE BITE)

dr. Monte Selvanus Luigi Kusuma

www.pkugombong.tk


Definisi

Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular.

Patofisiologi

Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat:

1. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.

2. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal.

3. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.

4. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.

5. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler.

6. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat patukan

7. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

Polivalent Anti Bisa Ular Dapat Digunakan Pada Gigitan:

1. Cobra

2. Ancistrodon (ular tanah)

3. Bungarus fasciatus (ular weling)

4. Bungarus candidus (ular weling)

Cobra termasuk jenis neurotoksik yang hebat, sedangkan Ancistrodon termasuk haemolisis yang hebat. Untuk yang lainnya termasuk jenis campuran.

Derajat Gigitan Ular (Parrish)

1. Derajat 0

- Tidak ada gejala sistemik setelah 12 jam

- Pembengkakan minimal, diameter 1 cm

2. Derajat I

- Bekas gigitan 2 taring

- Bengkak dengan diameter 1 – 5 cm

- Tidak ada tanda-tanda sistemik sampai 12 jam

3. Derajat II

- Sama dengan derajat I

- Petechie, echimosis

- Nyeri hebat dalam 12 jam

4. Derajat III

- Sama dengan derajat I dan II

- Syok dan distres nafas / petechie, echimosis seluruh tubuh

5. Derajat IV

- Sangat cepat memburuk

Penanganan Korban Gigitan Ular

1. Prinsip-prinsip

a. Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa ular

b. Menetralkan bisa

c. Mengobati komplikasi

2. Pertolongan yang diberikan:

a. Incisi luka pada 1 jam pertama setelah digigit akan mengurangi toksin 50%

b. IVFD RD 16 – 20 tpm.

c. Penisillin Prokain (PP) 1 juta unit pagi dan sore

d. ATS profilaksis 1500 iu

e. ABU 2 flacon dalam NaCl diberikan per drip dalam waktu 30 – 40 menit

f. Heparin 20.000 unit per 24 jam

g. Monitor diathese hemorhagi setelah 2 jam, bila tidak membaik, tambah 2 flacon ABU lagi. ABU maksimal diberikan 300 cc (1 flacon = 10 cc)

h. Bila ada tanda-tanda laryngospasme, bronchospasme, urtikaria atau hipotensi berikan adrenalin 0,5 mg IM, hidrokortisone 100 mg IV

i. Kalau perlu dilakukan hemodialise

j. Bila diathese hemorhagi membaik, transfusi komponen.

k. Observasi pasien minimal 1 x 24 jam

Catatan: jika terjadi anafilaktik syok karena ABU, ABU harus dimasukkan secara cepat sambil diberi adrenalin.

Pemberian ABU

Derajat (Parrish)

Pemberian ABU

0-1

Tidak perlu

2

5 sd 20 cc (1 – 2 ampul)

3-4

40 sd 100 cc (4 – 10 ampul)

Pemeriksaan Laboratorium

Hb, AL, AE, Ct/Bt, Golongan darah, Elektrolit darah, pemeriksaan fungsi ginjal


(Read More..)

LUKA BAKAR

.

LUKA BAKAR

dr. Monte Selvanus Luigi Kusuma



Definisi

Penyakit yang disebabkan panas,arus listrik, bahan kimia, radiasi yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam.

Perubahan yang terjadi:

1. Tiap 1 % lika bakar, tubuh kehilangan cairan ½ - 1 % volume darah. Insensible Water Loss (IWL) meningkat.

2. Panas dapat menyebabkan pecahnya eritrosit, sehingga myoglobin meningkat dan memperberat kerja glomerulus à gagal ginjal.

3. Glandula tiroid menjadi lebih aktif.

4. Bisa terjadi tukak lambung (curling ulcer)

5. Bisa terjadi kegagalan organ-organ dalam seperti paru, jantung, ginjal dan hati.

Gradasi / derajat luka bakar

· Grade I :

- Jaringan yang rusak hanya epidermis

- Klinis: ada myeri, kemerahan, kulit kering

- Tes jarum ada hiperalgesia

- Lama sembuh kurang lebih 7 hari

- Hasil: kulit kembali normal

· Grade II a :

- Jaringan yang rusak sebagian dermis, folikel rambut & kelenjar keringat utuh

- Klinis : nyeri, warna lesi merah/ kuning, basah, bula

- Tes jarum hiperalgesia kadang normal

- Lama sembuh kurang lebih 7 hari

- Hasil : kulit normal / pucat

· Grade II b :

- Jaringan yangg rusak sampai dermis, hanya kelenjar keringat yangg utuh

- Klinis : sama dengan grade II a

- Tes jarum hipoalgesia

- Lama sembuh 14 – 21 hari

- Hasil : kulit pucat, mengkilap, kadang ada sikatrik/ hipertrofi

· Grade III :

- Jaringan yang rusak seluruh epidermisc/ dermis

- Klinis mirip grade II hanya kulit hitam/ kecoklatan

- Tes jarum tidak sakit

- Lama sembuh > 21 hari

- Hasil : sikatrik/ hipertrofi


Berat Ringan Luka Bakar

Ditentukan oleh : - luas luka bakar

- grade luka bakar

- usia

Untuk menentukan luas luka bakar :

1. Rule of nine

Masing- masing organ tubuh dianggap 9% dari LPB yaitu : kepala, leher, lengan atas, lengan bawah, dada, perut, punggung, pinggang kanan, kiri, regio femur, cruris, sedang genitalis 1%.

2. Rule of five

Khusus untuk bayi : - kepala bayi 4 x 5%

- ekstremitas superior D+S : 2 x 2 x 5%

- badan anterior + posterior : 2 x 4 x 5%

- ekstremitas inferior D+S : 2 x 2 x 5%

Khusus untuk bayi : - kepala 3 x 5%

- ekstremitas superior D+S : 2 x 2 x 5%

- badan anterior + posterior : 2 x 3 x 5%

- ekstremitas inferior D+S : 2 x 3 x 5%

3. Rule of palmar

Perhitungan kasar dimana luas luka bakar sebesar paplmar dianggap 1%

Berdasar berat ringan luka bakar, maka dibagi :

1. Ringan

- luka bakar grade I

- grade II : dewasa 15%, anak 10%

- grade III : 2%

2. Sedang

- grade II : dewasa 15 – 30%, anak 10 – 20%

- grade III : 10% dewasa / anak, tetapi tidak mengenai ekstremitas, muka, anogenital, telinga

3. Berat

- grade II : dewasa >30%, anak >20%

- grade III : 10% tp pd ekstremitas, muka, telinga, anogenital

- luka bakar yang disertai trauma jaringan lunak, fraktur, trauma jalan nafas

- luka bakar akibat listrik tegangan tinggi

Penanganan Luka Bakar

a. Pertolongan Pertama

1. Jauhkan penderita dari sumber trauma, bila masih ada api dipadamkan dengan air atau menutup dengan kain basah. Dibilas dengan air mengalir atau pemutusan aliran listrik.

2. Mengurangi rasa sakit :

- mendinginkan luka

- obat – obat analgesik

- meletakkan pada posisi yang benar dengan meletakkan bagian luka yang terluka lebih tinggi

3. Menjaga jalan nafas. Hati - hati jangan sampai udara panas terhisap à oedem

4. Mencegah infeksi

b. Tindakan di UGD

Penderita yang perlu dirawat :

- luka bakar grade II > 15%

- luka bakar mengenai muka, ekstremitas, perineum

- luka bakar grade III > 2%

- luka bakar pada anak- anak grade II >10% atau spt grade III

- luka bakar akibat listrik tegangan tinggi

- luka bakar disertai trauma jalan nafas

- luka bakar dengan penyakit lain

Penanganan :

1. Pastikan airway dan breathing sudah optimal

2. Pemberian cairan dengan formula

v Formula Baxter :

% luas luka bakar x BB (kg) x 4 cc

Hari I: hanya menggunakan cairan RL untuk mencegah syok hipovolemik. Diberikan ½ nya dalam 8 jam I dan ½ nya dalam 16 jam berikut.

Hari II: kebutuhan faali 50 cc x BB/24 jam, diberikan cairan RL dan dextran L 500 ml, NaCl fisiologis, D10% atau Martos, Albumin (sesuai kebutuhan).

v Formula Evans :

- elektrolit (NaCl, RL) dosis : 1 cc x kgBB x % luka bakar

- koloid (Dextran L) dosis : 1 cc x kgBB x % luka bakar

- Dextrose 10% : 2000 cc dewasa, 1000 cc anak

Diberikan ½ nya dalam 8 jam I dan ½ nya dalam 16 jam berikut.

Pemberian cairan hari II ½ x pemberian cairan hari I, diberikan dalam 24 jam merata.

v Formula Brooke :

- elektrolit (NaCl, RL) dosis : 1½ cc x kgBB x % luka bakar

- koloid (Dextran L) dosis : ½ cc x kgBB x % luka bakar

- Dextrose 10% : 2000 cc dewasa, 1000 cc anak

Diberikan ½ nya dalam 8 jam I dan ½ nya dalam 16 jam berikut.

Pemberian cairan hari II ½ x pemberian cairan hari I, diberikan dalam 24 jam merata.

2. Antibiotik sesuai kultur (jika memungkinkan). Ampicillin 50 - 200 mg/kg/hr dibagi 4x, gentamisin 5 mg/kg/hr dibagi 2x

3. Analgetik: Tramol, novalgin, morphin, pethidin.

4. Makanan berkalori tinggi

5. Antagonis H2 : Cimetidin 3 – 4 x 200 (1 ampul per 6 – 8 jam)

6. Multivitamin

7. Profilaksis tetanus dengan ATS (toxoid) dan Human Imunoglobulin 500 u

8. Kulit yang compang-camping sebaiknya dibuang.

9. Salep dengan SSD (Silver Sulfa Diazin) misalnya Dermazin, merkurokrom. Untuk luka bakar yang luas sebaiknya jangan menggunakan yodium sebab jika diserap tubuh akan menimbulkan keracunan yodium.

10. Luka bakar pada tangan dan kaki yang melingkar harus dilakukan fasciotomi untuk menghindari terjadinya sindrom kompartemen.

11. Skin graft dilakukan jika tidak terjadi penyembuhan dalam 2 minggu

(Read More..)
 
pkugombong.tk is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com