Sholahuddin Al Ayubbi (Saladin)
Siapa yang tidak mengenal tokoh Islam yang terlibat dalam perang Salib dan mempertahankan
Saladin, di mata orang kawan adalah pahlawan sedang bagi musuhnya ia adalah lawan yang sangat disegani. Mari kita lihat penuturan salah seorang Crusade tentang Saladin.
“Aku (Du Poitier) adalah seorang Crusade (tentara Salib) dari Perancis, suatu hari pasukanku bertempur dengan Saracen (pasukan Saladin) di Mesir, kami dikalahkan oleh Saracen. Pasukanku tercerai-berai dan aku terjatuh dari kudaku, luka-luka berdarah akibat peperangan masih mengalir. Antara sadar dan tidak, aku tergeletak di antara jenazah para prajurit. Bau anyir darah yang begitu menyengat membuatku tidak sadarkan diri. Kemudian, tiba-tiba ada seseorang yang mengusap wajahku dengan air, dan aku pun tersadar. Rupanya aku sudah tidak berada di
Keesokan harinya, aku sudah bisa duduk dan bisa memperhatikan kemah tempatku berada. Kemudian penolongku datang padaku sambil membawa ramuan seperti kemarin dan makanan untukku. Aku dirawat layaknya ia merawat saudaranya sendiri. Beberapa hari kemudian ia datang kepadaku dan menayakan apakah aku sudah bisa berjalan? Aku mengatakan sudah, lalu ia membawaku menuju pimpinannya. Dalam hati aku bertanya-tanya, kaum apakah yang telah menolongku ini? Siapakah pimpinannya? Begitu aku di bawa menghadap pimpinannya barulah aku sadari bahwa selama ini aku berada di perkemahan musuhku yaitu kaum Saracen. Dan orang yang merawatku adalah seorang dokter dari Saracen. Aku berdebar-debar bertemu dengan pimpinan mereka, yaitu Lord Saladin. Antara ketakutan dan penasaran.
Lord Saladin memandangku sambil tersenyum kecil, “Jangan takut, engkau adalah tamuku. Engkau aman di sini. Siapakah engkau?”
Aku menjawab, “Aku prajurit dari Perancis, namaku Du Poitier.”
“Oh, seorang Crusade?” tanya Lord Saladin. Kemudian ia berbalik, dan mengambil sesuatu di belakang. Aku kira ia akan mengambil pedang dan memenggal kepalaku karena aku adalah musuhnya, sebagaimana biasanya kami juga mengeksekusi tawanan kami. Aku sudah pasrah dan bersiap untuk mati. Namun ternyata Lord Saladin mengambil dua buah cawan, dia menuangkan air untukku dan dirinya sendiri. “Minumlah, setelah itu kita berbincang-bincang,” kata Lord Saladin.
Aku tercekat melihat kejadian itu, aku ini tawanan tapi diperlakukan seperti seorang pembesar saja. Selama ini aku selalu memenuhi pikiranku bahwa Lord Saladin adalah seorang demonik, gila perang dan haus darah, seperti yang selalu diungkapkan oleh Lord-Lord di negeriku. Ternyata dia amat berbeda dengan apa yang digambarkan selama ini. Aku menerima cawan itu dengan hormat dan meminumnya hingga habis. Lord Saladin mengajakku bicara layaknya seorang teman lama, kemudian ia mengajakku berkeliling ke perkemahan kaum Saracen. Lord Saladin sama sekali tidak khawatir jika aku melarikan diri dan membocorkan seluruh kegiatan pasukannya kepada pasukanku. Kemudian Lord Saladin membawaku ke Mesir. Dia menawari aku untuk pulang ke negeriku, semua biaya perjalanan akan ditanggung olehnya. Namun aku merasa betah tinggal di negeri ini. Dan aku ingin membalas budi baik Lord Saladin sebelum aku pulang. Lalu Lord Saladin mengangkatku sebagai pengajar anak-anak untuk menulis dan membaca. Aku diberi rumah dan kendaraan, aku benar-benar diperlakukan layaknya pembesar.
Lord Saladin beberapa kali terlibat dalam pertempuran, dan herannya aku selalu menyertai Lord pada saat ia berperang. Aku melayani Lord, dengan pikiran dan tenagaku. Sampai suatu saat, akhirnya Lord Saladin berhasil menjadi Sultan di Syiria. Lord Saladin memiliki pasukan sebesar 200.000 orang, ditambah dengan peralatan perang yang besar.
Lord Saladin menandatangani perjanjian dengan Raja Jerusalem, yaitu King Baldwin. Masing-masing tidak akan memulai peperangan. Dan Lord Saladin amat memegang teguh perjanjian itu. Tidak satu kali pun Lord Saladin mengingkari atau mengkhianati perjanjian itu. Demikian juga dengan King Baldwin. Namun suatu hari aku mendapat kabar bahwa rombongan haji menuju Mekah diserang oleh tentara Crusade yang dipimpin oleh Baron Reynald de Cathillon.
Lord Saladin segera mengumpulkan seluruh pasukannya dan bergerak menuju Kerak, tempat di mana Stronghold Baron Reynald de Cathilon. Namun King Baldwin juga tidak tinggal diam, ia mengerahkan seluruh pasukannya untuk menghadang Lord Saladin. King Baldwin bersumpah bahwa ia tidak pernah melanggar perjanjian damai. King Baldwin menyuruh Lord Saladin menarik mundur seluruh pasukannya dan ia akan menghukum seberat-beratnya Baron Reynald de Cathilon yang mengacau perjanjian damai. Lord Saladin menyetujuinya dan segera kembali ke Damaskus.
Beberapa bulan kemudian aku mendengar bahwa King Baldwin meninggal (pen –tahun 1186) akibat sakit lepra yang dideritanya. Posisi Raja Jerusalem kini beralih ke adik ipar King
Dengan peristiwa ini jelas bahwa
Dalam perang ini pun aku menyertai Lord Saladin. Lord Saladin adalah seorang perencana perang yang brilian, segera ia membentuk pertahanan di daerah Hittin. Lord menguasai sumber-sumber air sehingga pasukan Lord tidak keletihan karena kehausan. Hittin menjadi saksi bisu pertempuran kaum Saracen dengan para Crusade dari
Lord Saladin tidak segera pulang ke Damaskus setelah perang ini, namun meneruskan peperangan ke
Lord juga menawarkan kepadaku, apakah aku akan ikut pulang ke negeriku dan ia yang membayar semua biaya kepulanganku atau aku akan tetap bersamanya di Jerusalem. Aku merasa rindu dengan negeriku, tetapi entah mengapa aku begitu senang tinggal bersama Lord Saladin. Bagiku tidak ada tempat yang bisa menentramkan jiwaku selain melayani Lord Saladin. Lord tidak pernah memaksaku melakukan ini dan itu, bahkan aku tetap beragama Kristen sampai saat ini. Dan Lord tidak pernah menyuruhku masuk agama Islam. “Tidak ada paksaan dalam agama Islam,” kata Lord Saladin kepadaku. Bayangkan ternyata hampir 20 tahun lamanya aku bersama Lord Saladin dan melayaninya. Sepertinya aku enggan untuk meninggalkan tempat ini dan Lord Saladin.
Kemudian aku berterus terang kepada Lord bahwa aku akan tetap tinggal di sini, tidak akan pulang ke negeriku. Dan Lord Saladin tersenyum padaku seraya berkata, “Aku tahu engkau akan berkata seperti itu. Aku butuh bantuanmu, tempat ini harus segera dibenahi. Tentara kita juga harus tetap dilatih, sebab bukan tidak mungkin ada pihak-pihak yang akan menggempur
Begitulah aku terus bersama Lord Saladin hingga akhirnya beliau wafat setelah terakhir Saracen memenangkan pertempuran melawan tentara gabungan Inggris yang dipimpin oleh King Richard, orang-orang dari negeriku (Perancis) dipimpin King Phillip, Frederick Barbarossa dari Jerman dan lain-lain. Dua tahun setelah perjanjian damai dengan King Richard, Lord Saladin meninggal dunia. Seseorang yang ku layani selama kurang lebih 20 tahun ini, dan menjadi guru dalam hidupku.
Lord Saladin memang tidak meninggalkan harta tetapi kesan baik, dan sifat mulia yang Lord miliki akan senantiasa dikenang sepanjang masa, termasuk bagiku.”
Itulah kisah yang diceritakan oleh seorang Crusade yang mula-mula memerangi Saladin kemudian berbalik melayani Saladin karena kekagumannya pada sifat mulia Saladin.
4 komentar:
Kisah ini pernah saya baca waktu SMP dulu di perpustakaan. Sayangnya saya lupa apa judul bukunya, thanks saya jadi punya referensi nya.
Luar biasa toleransi yang ditunjukkan oleh Lord Saladin. Kira-kira pemimpin Islam saat ini ada yang bisa meniru beliau tidak ya? Pemimpin berjiwa besar...
Setuju mbak Srie...
nice artikel sob....
makasih sharenya....
Posting Komentar
Assalamu'alaikum, silakan tinggalkan pesan Anda untuk kami: