Kehidupan modern di kota besar saat ini juga berdampak pada kesehatan organ reproduksi wanita. Hal itu bisa dimulai dari toilet. Kok, bisa?
Infeksi organ kewanitaan tak pandang usia. Perempuan usia muda juga bisa mengalami infeksi tersebut. Sebut saja infeksi jamur Candidiasis vagina ataupun infeksi kuman Coccus, kata Dr. H.M. Natsir Nugroho, Sp.OG, Mkes.
Kejadian infeksi tersebut kian banyak dialami kaum Hawa, terlebih ketika pusat perbelanjaan atau mal mulai menjamur. Di satu sisi, mal memberi kesenangan bagi kaum wanita. Di sisi lain, menjamurnya mal juga membuat organ intim wanita ikut terkena jamur. Jamur yang dimaksud, tentu saja terkait dengan organ wanita.
Biang keroknya adalah toilet. Dr. Natsir mengamati bahwa toilet menjadi salah satu tempat penyebaran infeksi organ pribadi perempuan. Walau fasilitas toilet yang disediakan oleh pihak pengelola mal terlihat bersih, tak selamanya bebas dari penyebaran penyakit.
Bayangkan, sudah berapa banyak orang yang duduk di kloset toilet itu? Segala kemungkinan bisa terjadi. Tak semua pengguna toilet bebas dari penyakit organ kewanitaan. Kalau pengguna toilet tergolong resik, ya, bagus. Bagaimana kalau sebaliknya?
Tidak cuci tangan
"Kebanyakan toilet di mal saat ini adalah toilet kering, sehingga seusai berkemih, vagina dibersihkan menggunakan tisu," papar Dr. Natsir.
Padahal, tisu yang ada di toilet tersebut belum tentu bersih. Ini karena menurut dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari RS Islam Pondok Kopi, Jakarta ini, tisu toilet bisa menjadi tempat sumber infeksi bersemayam.
Belum lagi perilaku sebelum dan seusai berkemih masih jelek di kalangan para perempuan. Contohnya, perilaku cuci tangan. Masih banyak wanita yang tidak mencuci tangan sebelum maupun setelah berkemih. Toh, mereka menganggap bahwa tangan mereka tidak menyentuh organ genital. Dengan kata lain, masih banyak wanita yang menganggap kebersihan tangan tidak masuk dalam aspek higienitas organ wanita.
Selain tisu yang ada di toilet, dudukan toilet plus kebiasaan cuci tangan yang masih minim itu bisa menjadi sumber penyebaran infeksi.
Karena itu, Dr. Natsir lantas menyarankan kaum perempuan yang akan menggunakan toilet umum agar mencuci tangannya sebelum dan sesudah ke toilet. Selain itu, dudukan toilet hendaknya disemprot dengan pembersih antiseptik atau dilap terlebih dulu.
Jika akan menggunakan tisu yang sudah ada di toilet, buang dulu tisu yang terletak di bagian paling luar gulungan, baru gunakan tisu yang berada lebih dalam. "Kalau bisa, ambil bagian tengah tisu atau lebih baik bawa tisu sendiri dari rumah," ujarnya.
Jangan malu
Mereka yang mengalami infeksi jamur Candida ditandai dengan keluarnya cairan berwarna putih seperti susu. Vagina juga terasa gatal. Sementara itu, bila terinfeksi kuman coccus, keputihan biasanya berbau amis. "Semuanya terkait dengan higienitas wanita tersebut," tambah dokter yang juga menjadi Ketua Majelis Kesehatan Masyarakat Muhammadiyah ini.
Sayangnya, pada mereka yang belum menikah maupun belum berhubungan seksual, ada perasaan khawatir bila harus memeriksakan diri ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Mereka takut dianggap sebagaiperempuan yang "tidak benar".
Hal seperti ini mestinya tidak perlu terjadi. Perempuan tak perlu merasa khawatir dengan masalah tersebut. "Anak usia sekolah pun ada yang sudah memeriksakan diri ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan," ucap Dr. Natsir.
Hal ini terkait dengan infeksi jamur Candida saat mereka berenang. Kata Dr. Natsir, selain saat berenang, penggunaan kamar mandi atau handuk secara bergantian di antara anak usia sekolah juga bisa menjadi media penyebaran infeksi.
Bahkan, anak kecil yang suka bermain di sembarang tempat juga bisa berisiko mengalami keputihan akibat infeksi karena berbagai kuman penyakit dapat menyusup lewat luang anus ke vagina. Gejalanya pun tak beda jauh dengan keputihan pada orang dewasa.
Dengan begitu, ditegaskan Dr. Natsir, tidak ada istilah malu ke dokter bila mengalami masalah pada organ kewanitaannya. Jangan sampai masalah yang muncul malah merembet ke mana-mana dan berujung pada ketidakmampuan untuk menghasilkarr keturunan.
Chlamydia contohnya, karena tidak menimbulkan gejala yang khas, saat didiamkan infeksinya bisa menjalar ke saluran telur. Jika tidak diobati dan infeksinya berlangsung terus, akan memengaruhi kesuburan.
Bisa mandul
Tak hanya infeksi yang dikaitkan dengan Chlamydia saja. Keputihan tidak normal lain yang tidak diobati secara tuntas, seperti diutarakan Dr. T. Otamar Samsudin, Sp.OG, dari Kemang Medical Care, infeksinya bisa merembet ke rongga rahim, lalu ke saluran telur, indung telur, dan akhirnya ke dalam rongga panggul. Karena itu, tak jarang wanita yang menderita keputihan selama bertahun-tahun bisa menjadi mandul.
Keluarnya cairan dari vagina adalah normal. Terutama bila cairan yang keluar berwarna jernih atau bening dan tidak terbau. Cairan normal ini umumnya muncul menjelang masa menstruasi, 12-14 hari setelah menstruasi, dalam keadaan terangsang, maupun scat stres. Saat hamil, cairan berwarna bening ini pun dapat muncul.
Dikatakan tidak normal bila cairan yang muncul sudah tidak lagi berwarna bening, bahkan kemudian dibarengi bau tak sedap atau amis. infeksi oleh parasit Trichomonas vaginalis misalnya, dapat menyebabkan cairan keputihan yang keluar sangat kental, berbuih, berwarna kuning, atau kehijauan dengan bau anyir.
Selain ditularkan melalui hubungan kelamin, infeksi parasit ini dapat disebabkan oleh pemakaian tampon atau spiral. Dengan demikian, menjaga kebersihan atau higienitas organ reproduksi sangat penting artinya.
Sebaiknya edukasi pentingnya higienitas organ kewanitaan diberikan sejak dini. Agar sedari dini pula anak menerapkan kebersihan pada organ pribadinya.
Sumber: Senior
0 komentar:
Posting Komentar
Assalamu'alaikum, silakan tinggalkan pesan Anda untuk kami: